Harmonisasi Tauhid dalam Kehidupan Sosial
Fungsi dan Peran Tauhid di Era Modern
Oleh
: Sumario
1.
PENDAHULUAN
Fungsi
sosial tauhid dalam kehidupan Muslim di era modern sangatlah penting. Mengharmoniskan
tauhid dapat menciptakan keselarasan antara manusia dengan Allah, yang
merupakan tujuan utama dari ajaran Islam. Dengan mengharmoniskan tauhid,
manusia akan menyadari bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, penguasa, dan
tujuan hidup mereka. Mereka akan beribadah, beramal, dan bersikap sesuai dengan
kehendak Allah. Selain itu, mengharmoniskan tauhid juga dapat meningkatkan
kualitas iman dan amal shaleh manusia, mempererat hubungan sosial antara
manusia, serta membuat manusia lebih konsisten dan istiqomah dalam menjalankan
iman dan amal shaleh mereka. Dengan demikian, mengharmoniskan tauhid sangat
penting bagi kehidupan manusia sebagai hamba Allah dan sebagai bagian dari
masyarakat yang harmonis dan damai.
Islam
adalah agama yang mengajarkan kepasrahan kepada Allah SWT. Istilah
"Islam" sendiri memiliki arti harfiah kepasrahan. Namun, dalam Islam,
kepasrahan bukanlah penyerahan fatalis atau jabariah, melainkan dimulai
dengan ketakwaan yang tulus dan lurus (hanif). Dalam kepasrahan,
terdapat energi yang sangat bersih yang berasal dari keimanan yang bersumber
dari tauhid. Tauhid adalah konsep tentang kesatuan, keesaan, dan ketunggalan
Allah SWT. Konsep ini bertentangan dengan kesyirikan, split personality,
dan kemunafikan. Dalam Islam, konsep tauhid disimpulkan dalam kalimat laa
ilaaha illa Allah yang mengandung peniadaan dan penegasan sekaligus.
Artinya, kita menafikan segala sesuatu selain Allah dan mewujudkan Allah dalam
semua dimensi pikiran, konsep, dan tindakan. Dengan pemahaman yang benar
tentang konsep tauhid, kita dapat memperkuat keimanan dan kepasrahan kita
kepada Allah SWT[1].
Dalam
hal keimanan, tauhid juga menjadi pondasi yang penting. Tauhid memastikan bahwa
keimanan umat manusia terjaga dengan baik dan konsisten. Ketika seluruh
ajaran-ajaran tauhid dilaksanakan secara konsisten, maka kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup seluruh umat manusia dapat terjamin. Tauhid mengajarkan
umat Islam untuk menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual
mereka, sehingga mereka dapat hidup dengan penuh keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT.
2. PEMBAHASAN
Pengertian
Tauhid
Konsep tauhid sosial yang diajukan oleh M. Amien Rais
memiliki keterkaitan yang erat dengan pemahaman tentang tauhid itu sendiri. Tauhid
adalah keyakinan dalam agama yang mengesakan Allah dan juga merupakan komitmen
yang dipegang oleh seorang manusia sebagai hamba kepada Tuhannya. Komitmen ini
diwakili oleh kalimat syahadat, yaitu kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ibadah-ibadah seperti salat tidak
hanya berfungsi sebagai bentuk pengabdian individu kepada Allah, tetapi juga
dapat memperkuat hubungan sosial antara sesama muslim, zakat dapat mengurangi
kesenjangan ekonomi, puasa dapat meningkatkan empati dan solidaritas sosial, ibadah
haji dapat memperkuat persatuan dan persaudaraan umat muslim. Semua ibadah
tersebut memiliki implikasi sosial yang signifikan.[2].
Menurut konsep Tauhid Amien Rais, pengertian tauhid
diantaranya adalah :
- Tauhidillah
adalah kesatuan ketuhanan yang meyakini
hanya Allah SWT yang wajib disembah dan keyakinan bahwa tuhan itu lebih dari
satu dianggap sebagai kekafiran.
- Tauhidillah
adalah kesatuan penciptaan, di mana semua makhluk di alam semesta ini, baik
yang terlihat maupun yang tidak terlihat, yang bisa dideteksi maupun yang tidak
bisa dideteksi, semuanya merupakan ciptaan Allah.
- Tauhidillah
adalah kesatuan kemanusiaan, di mana semua manusia, tanpa memandang perbedaan
warna kulit, latar belakang, bahasa, geografi, dan sejarah, tetap memiliki
kesatuan sebagai umat manusia.
- Tauhidillah
adalah kesatuan tuntunan hidup, di mana tuntunan hidup yang bersumber dari
wahyu Allah SWT menjadi pedoman bagi orang yang beriman untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
- Tauhidillah
adalah kesatuan tujuan hidup, di mana karena adanya kesatuan tuntunan hidup,
tujuan hidup umat manusia seharusnya sama secara konseptual dan teoretis.[3].
Dalam struktur biologis, tauhid berperan sebagai inti
yang menggerakkan kehidupan fisik manusia dengan memberikan stabilitas.
Sementara itu, dalam struktur fisik, panca indera berfungsi sebagai pelayan
yang setia kepada kekuatan batin. Di dalam batin terdapat nafsu, kalbu, akal,
dan roh. Nafsu, kalbu, dan akal berada di bawah pengaruh roh. Namun, di antara
keduanya terdapat lembah yang luas, tempat di mana godaan syaithan hidup dan
menggoda manusia. Tauhid mengingatkan manusia untuk selalu mengikuti dimensi
Tuhan agar terhindar dari godaan tersebut. Dalam perjalanan hidup manusia,
seperti yang tergambar dalam kisah Nabi Adam dan isterinya, manusia rentan
terbawa arus godaan syaithan yang kuat, yang dapat mengakibatkan hukuman dan
pengusiran dari surga. Namun, dengan kasih sayang Tuhan, manusia diberi
kesempatan untuk memperbaiki diri, bertaubat, beriman, dan beramal saleh untuk
mencapai kehidupan yang baik di akhirat[4].
Harmonisasi Tauhid dalam
Kehidupan Sosial
Islam
itu harmonis sebagaimana makna generik al-Islam dari kata salima yang berarti
kepasrahan, ketundukan, penghormatan, keikhlasan dan keharmonisan.
Simpul-simpul harmoni dalam Islam didasari oleh ruh tauhid, mengesakan Allah,
niat atau perencaan untuk berfikir positif-prospektif dan amal shalih atau
kerja keras dengan menjaga kualitas serta asas manfaat bersama[5].
Tauhid
merupakan konsep sentral dan esensial dalam Islam yang menuntut komitmen
manusia kepada Allah sebagai fokus dari seluruh rasa hormat dan rasa syukur.
Konsep ini juga menjadi satu-satunya sumber nilai dalam Islam. Manusia yang
bertauhid memiliki tugas untuk membersihkan manusia dari menyembah berhala dan
benda-benda lainnya, dan hanya menyembah Allah. Selain itu, tauhid juga
mencakup hubungan horizontal dengan sesama manusia. Oleh karena itu, tauhid
memiliki fungsi membentuk masyarakat yang mengejar nilai-nilai utama dan
mengusahakan tegaknya nilai keadilan sosial. Hal ini memberikan inspirasi pada
manusia untuk mengubah dunia disekelilingnya agar sesuai dengan kehendak Allah.
Dalam
konteks pengembangan umat, tauhid memiliki peran penting dalam
mentransformasikan setiap individu yang meyakininya menjadi manusia yang lebih
ideal. Individu yang meyakini tauhid memiliki tujuan hidup yang jelas, yaitu
ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya hanya untuk Allah semata. Mereka
juga menolak pedoman hidup yang datang bukan dari Allah dan bersikap progresif
dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas kehidupannya, adat
istiadatnya, tradisi dan paham hidupnya. Dengan demikian, individu yang
meyakini tauhid tidak akan terjerat ke dalam nilai-nilai palsu atau hal-hal
tanpa nilai sehingga tidak pernah mengejar kekayaan, kekuasaan dan kesenangan
hidup sebagai tujuan.[6].
Fungsi Tauhid dalam
Kehidupan Manusia
Fungsi
Sosial Tauhid Dalam Kehidupan Muslim di Era Modern diantaranya adalah :
1) Membebaskan
manusia dari perbudakan dan penyembahan kepada sesama makhluk.
Salah satu tantangan yang dihadapi manusia saat ini
adalah membebaskan diri dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua
makhluk. Meskipun demikian, masih banyak manusia, termasuk umat muslim, yang
cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyang mereka tanpa berpikir
kritis. Mereka juga sering kali menyerah dan tunduk kepada para pemimpin mereka
tanpa memiliki keberanian untuk mengkritik. Al-Qur'an telah mengingatkan bahwa
orang-orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka akan
kecewa dan mengeluh di hari akhir (QS. Al- Ahzaab : 66-67).
2) Menjaga
manusia dari nilai-nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan,
dan kesenangan seksual belaka
Dalam
Islam, kalimat "Lailaaha illa Allah” (tidak ada Tuhan selain Allah)
memiliki fungsi pembebasan bagi manusia. Dengan mengucapkan kalimat ini,
seorang muslim telah mengakui bahwa hanya Allah SWT yang layak disembah sebagai
Kholiq. Oleh karena itu, umat muslim memiliki tanggung jawab untuk membebaskan
manusia dari menyembah sesama manusia dan mengarahkan mereka untuk menyembah
Allah SWT semata. Hal ini juga bertujuan untuk menjaga manusia dari nilai-nilai
palsu yang berasal dari hawa nafsu, keinginan akan kekuasaan, dan kesenangan
semata. Kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan
penumpukan kekayaan dapat mengaburkan akal sehat dan menghilangkan pikiran yang
jernih.
3)
Sebagai frame of thought dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Al-Qur'an juga menekankan pentingnya tauhid
sebagai kerangka pemikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam hal ini, tauhid menjadi landasan untuk mencari kebenaran tentang segala
hal yang ada di alam semesta ini, baik yang bersifat abstrak, potensial, maupun
konkret. Dengan memahami batasan-batasan dalam pemahaman ilmu pengetahuan,
manusia tidak akan terjebak dalam kesombongan yang berujung pada kehancuran.
Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk tidak melampaui batas dalam pemahaman
ilmu pengetahuan.
4) Sebagai
pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh
umat manusia, ketika seluruh ajaran-ajaran dilaksanakan secara konsisten.
Membimbing umat Islam agar mengarahkan kesadaran
intelektual mereka kepada Allah SWT merupakan suatu hal yang penting. Hal ini
berarti bahwa segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia dan kejadian yang
terjadi di dunia ini adalah atas kehendak Allah SWT yang telah mengatur
semuanya dengan sempurna. Sebagai pemilik seluruh isi alam ini, Allah SWT
mengetahui segala hal yang ghoib maupun yang dzohir, yang tersembunyi maupun
yang tampak. Oleh karena itu, hanya Allah SWT yang layak untuk disembah dan
tidak ada Tuhan selain Dia. Dengan keyakinan yang kuat dan konsisten seperti
ini, umat Islam akan terhindar dari pengaruh zaman dan tidak mudah terpengaruh
oleh keyakinan yang salah.
5) Mengajarkan
kepada umat Islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran
intelektual mereka.
Dengan menjadikan tauhid sebagai landasan dalam hidup,
serta melaksanakan perintah yang ada, maka akan tercipta kebahagiaan dan
kedamaian hidup yang tak terbatas. Karena telah tertanam dalam hati bahwa tidak
ada yang memiliki kekuatan atau kekuasaan selain dari Tuhan Yang Maha Esa.
Mengajarkan kepada umat Islam agar menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran
intelektual mereka.
KESIMPULAN
1. Harmoni
tauhid pada kehidupan sosial adalah penting untuk menciptakan keserasian antara
manusia dengan Allah dalam berinteraksi dan bersikap terhadap sesama makhluk.
Hal ini dapat dicapai dengan memiliki keimanan yang kuat dan konsisten kepada
Allah sebagai satu-satunya pencipta, penguasa, dan tujuan hidup. Selain itu,
harmoni ini juga menunjukkan sikap toleransi, saling menghargai, dan saling
membantu antara umat beragama yang berbeda-beda. Oleh karena itu, harmoni ini
merupakan salah satu tujuan dari ajaran tauhid yang mengajak manusia untuk
cinta damai, kerja sama, dan keadilan.
2. Untuk
mewujudkan harmoni tauhidillah pada kehidupan sosial, ada beberapa cara yang
dapat dilakukan. Pertama, kita harus menyadari bahwa semua manusia adalah
makhluk Allah yang memiliki hak dan kewajiban yang sama di hadapan-Nya. Kita
tidak boleh memandang rendah atau merendahkan orang lain berdasarkan perbedaan
ras, suku, bangsa, atau agama. Kedua, kita harus menghormati perbedaan
pendapat, keyakinan, dan pilihan hidup orang lain tanpa memaksakan kehendak
atau merendahkan mereka. Kita harus menghindari sikap fanatik, eksklusif, atau
intoleran yang dapat menimbulkan konflik dan permusuhan. Selain itu, kita juga
harus membangun dialog dan komunikasi yang konstruktif, santun, dan beradab
dengan orang lain. Kita harus menjalin hubungan yang harmonis, saling mengenal,
dan saling menghormati. Kita harus menjauhi fitnah, gosip, atau ujaran kebencian
yang dapat merusak persatuan dan kerukunan. Terakhir, kita harus bersikap adil,
jujur, dan bertanggung jawab dalam segala urusan. Kita harus menjauhi segala
bentuk penipuan, korupsi, atau kezaliman yang dapat merugikan diri sendiri dan
orang lain.
Sumber
:
Devia Maharani Lubis, Reza Noprial Lubis, and Siska
Wulandari Lubis. “Peran Dan Fungsi Tauhid Dalam Kehidupan Sosial.” Tarbiyah-Jurnal
Ilmu Pendidikan dan Pengajaran 1, no. April (2022).
Hidayah, Nurul, and
Suwadi Suwadi. “Implementasi Konsep Tauhid Sosial M. Amien Rais Di SMA
Internasional Budi Mulia Dua Yogyakarta.” Jurnal Pendidikan Agama Islam
12, no. 1 (2015): 31–44.
Roqib, Moh. “Dakwah
Islam : Antara Harmonisasi Dan Dinamisasi.” Komunika 1, no. 1
Januari-Juni (2007).
Sukarni. “Hakikat Islam:
Peran Tauhid Dalam Kehidupan.” Baitul Aeqam UMB (2022).
[1] Devia
Maharani Lubis, Reza Noprial Lubis, and Siska Wulandari Lubis, “Peran Dan
Fungsi Tauhid Dalam Kehidupan Sosial,” Tarbiyah-Jurnal
Ilmu Pendidikan dan Pengajaran 1, no. April (2022).
[2] Nurul
Hidayah and Suwadi Suwadi, “Implementasi Konsep Tauhid Sosial M. Amien Rais Di
SMA Internasional Budi Mulia Dua Yogyakarta,” Jurnal Pendidikan Agama Islam 12, no. 1 (2015): 31–44.
[3] Ibid.
[4] Sukarni,
“Hakikat Islam: Peran Tauhid Dalam Kehidupan,” Baitul Aeqam UMB (2022).
[5] Moh.
Roqib, “Dakwah Islam : Antara Harmonisasi Dan Dinamisasi,” Komunika 1, no. 1 Januari-Juni (2007).
[6] Devia
Maharani Lubis, Lubis, and Lubis, “Peran Dan Fungsi Tauhid Dalam Kehidupan
Sosial.”